twitter rss

Mati

TENTANG INGAT KEMATIAN DAN SESUDAHNYA. [1]

 

Allah Ta’ala berfirman :“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.”  (Surat Al-Jumu’ah 8)

Di antara manusia, ada orang yang jarang mengingat kematian. Begitu ingat kematian ia sepontan tidak menyukainya, karena ia sudah hanyut tenggelam dalam kesenangan-kesenangan duniawi. Hal ini jelas membuatnya semakin jauh ingat kematian dari Allah Ta’ala.

Di antara manusia, ada orang yang menghadapkan wajahnya kepada Allah Ta’ala, sehingga ia lalu bertaubat dari hal-hal yang tidak patut. Ingat kematian, membuatnya semakin merasa takut, semakin siap, semakin siaga, dan semakin bersemangat untuk memenuhi syarat-syarat bertaubat yang sempurna. Orang seperti ini tidak menyukai  kematian, bukan karena ia telah hanyut tengglam dalam kesenangan-kesenangan  duniwi. Tetapi karena ia sadar masih sadar betapa masih sedikit sekali bekalnya, dan karena ia belum memiliki persiapan yang memadai. Jadi rasa tidak sukannya bukan berarti ia tidak suka bertemu dengan Allah Ta’ala, dan hal itu tidak tercela. Sesungguhnya ia ingin kehidupan ini untuk melakukan persiapan-persiapan dan mencari bekal sebanyak mungkin. Begitu bekalnya sudah cukup, ia siap didatangi oleh maut kemudian dibawa  untuk berjumpa dengan Allah Ta’al serta tinggal di sisi-Nya.

Bagi orang yang mengenal Allah, ia akan selalu mengingat hari kemudian, karena kematian adalah waktu kencan untuk berjumpa dengan Sang Kekasih. Dan seorang kekasih itu sama sekali tidak akan pernah lupa kapan waktunya berkencan dengan kekasihnya. Orang seperti ini merasa betapa lambat datangnya kematian, sebagaimana yang diriwayatkan dari Huzaifah Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya ketika menjelang wafat ia berkata :“Seorang kekasih akan datang dalam keadaan miskin. Tidaklah beruntung orang yang menyesal. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku lebih suka miskin daripada kaya, lebih suka sakit daripada sehat, dan lebih suka mati daripada hidup, maka tolong mudahkanlah kematian bagiku supaya aku berjumpa dengan-Mu.”

Ketahuilah, tingkat tertinggi dalam masalah ini ialah kalau seseorang sudah menyerahkan urusannya kepada Allah Ta’ala, sehingga ia tidak memilih untuk dirinya sendiri mati atau hidup. Cintanya kepada Allah sudah sampai pada puncak kepasrahan total, sehingga apa yang dipilihkan oleh Allah itulah yang menjadi pilihan buat dirinya.

 

Menerangkan Tentang

Keutamaan Mengingat Mati

 

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :

أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ الَّلذَّاتِ

“Sering-seringlah kamu mengingat pemutus kenikmatan.” [2]

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Seandainya binatang-binatang mengetahui kematian seperti yang kamu ketahui, niscaya kamu tidak akan makan dagingnya.”

Aisyah Radhiyallahu Anha bertanya :“Wahai Rasulullah, adakah orang yng dihimpun bersama para syuhada’ ?” Beliau menjawab :”Ya, yaitu orang yang mengingat mati sebanyak dua puluh kali dalam sehari semalam.”

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kado bagi orang mukmin ialah kematian.” [3]

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :“Cukuplah kematan sebagai nasihat.”

Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam keluar menuju masjid. Tiba-tiba beliau melihat orang-orang sama berbicara sambil tertawa-tawa. Beliau bersabda :”Ingatlah kalian akan kematian. Adapun demi Tuhan yang jiwaku ada dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Dan ketahuilah, sesungguhnya kematian adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Memikirkan kematian dapat menjauhkan seseorang dari kesenangan duniawai,  jarang bergembira, dan mendorong untuk siap menyambutnya. Sebaik-baik manusia ialah orang yang ketika mengingat kematian dengan hati yang khusyu’, tidak nampak bekasnya di dalamnya. Caranya ialah dengan mengosongkan hatinya dari selain kematian, dan  merenungkannya seperti ia merenungkan perjalanan yang akan direncanakannya baik di darat maupun di laut. Sebab, yang menguasai hatinya hanya memikirkan kematian dan persiapan untuk menghadapainya

 

Keutamaan Bagi Sedikit Angan-Angan,

 Dan Kecaman Terhadap Banyak Angan-Angan

 

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda kepada Abdullah bin Umar :“Apabila kamu berada di waktu pagi, jangan berbicara kepada hatimu tentang waktu sore, dan apabila kami berada di waktu sore, jangan berbicara kepada hatimu tentang waktu pagi. Siapkan hidupmu untuk menghadapi kematianmu, dan siapkan masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu, karena kamu, wahai Abdullah, tidak tahu apa namamu besok.” [4]

Diriwayatkan oleh Ali Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam  bersabda :”Sesungguhnya ada dua hal yang paling aku khawatirkan atas kalian; yaitu mengikuti hawa nafsu dan banyak angan-angan. Mengikuti hawa nafsu itu dapat menghalangi dari kebenaran, dan banyak angan-angan itu menyebabkan cinta dunia.”

Kemudian beliau bersabda :”Ingat, sesungguhnya Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai maupun yang dibenci-Nya. Jika mencintai seorang hamba, Allah memberinya iman. Ingat, sesungguhnya agama itu mempunyai putra-putra, dan dunia juga mempunyai putra-putra. Maka jadilah kalian putra-putra agama, dan janganlah menjadi putra-putra dunia. Ingat, sesungguhnya dunia itu telah berangkat pergi dan pasti akan berlalu. Ingat,  akhirat telah datang, dan pasti akan tiba. Ingat, sesungguhnya kalian berada di hari amal yang belum berlaku pemeriksaan. Dan ingat, sesungguhnya kalian hampir berada di hari pemeriksaan  yang sudah tidak berlaku amal sekali.”

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Wahai sekalian manusia, apakah kalian tidak merasa malu kepada Allah Ta’ala ?.” Para sahabat bertanya :”Apa itu, wahai  Rasulullah ?.” Beliau bersabda :“Kalian mengumpulkan sesuatu yang tidak kalian makan, kalian mengangan-angankan sesuatu yang tidak kalian capai, dan kalian bangun sesuatu yang kalian huni.”

Abu Sa’id Al Khudri berkata :“Usamah bin Zaid membeli seorang budak perempuan seharga seratus dinar dalam jangka sebulan ke depan. Hal itu didengar oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, lalu beliau bersabda :”Apakah kalian tidak merasa heran terhadap Usamah yang membeli budak dalam jangka waktu sebulan ke depan ? Sesungguhnya Usamah itu panjang angan-angannya. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak barang sekejap mata pun aku selalu yakin bahwa sepasang kelopak mataku akan selalu berkedip sampai Allah mengambil nyawaku. Dan tidak barang sekejap mata pun aku melayangkan pandangan aku selalu yakin bisa menurunkannya samoai aku meninggal dunia. Dan tidak sekejap mata pun aku selalu yakin bisa menelan setiap suap makanan sampai aku tersedak lalu mati.”

Selanjutnya beliau bersabda :“Wahai manusia, jika kalian berakal, anggaplah diri kalian termasuk orang-orang yang sudah mati. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam gemggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kalian pasti datang, dan kalian tidak akan sanggup menolaknya.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam keluar dengan membawa sebuah bejana berisi air, lalu beliau mengusapi anggota tubuhnya dengan tanah. Aku bertanya kepada beliau :”Wahai Rasulullah, sesungguhnya air ada dekat Anda.” Beliau bersabda :”Aku tidak tahu barangkali aku tidak mencapainya.”

Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengambil tiga batang kayu, lalu beliau menanam satu di antaranya tepat di depannya, satunya lagi di sampingnya, dan yang satunya lagi beliau singkirkan. Kemudian beliau berabda :”Tahukah, kalian. Apa artinya ini ?.” Para sahabat menjawab :“Allah dan Rasul-Nya yang tahu.” Beliau bersabda :“Ini manusia, ini ajalnya, dan itu angan-anganya yang diharapkan oleh anak Adam. Sementara ajal akan menyambarnya sebelum ia mencapai angan-angannya.”



[1] Kitab kesepuluh atau yang terakhir, bagian dari seperempat yang membahas tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din.

 

[2] Yang dimaksud dengan pemutus kenikmatan-kenikmatan ialah kematian, karena kematian itu melenyapkan semua kenikmatan

[3] Contoh lain ialah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Kematian adalah waktu istirahat orang mukmin.” Disebutkan dalam Al Ihya’, dikatakan demikian karena pada hakekatnya dunia itu adalah penjara bagi orang mukmin. Selama di dunia, seorang muslim selalu menderita dan sengsara karena harus mengendalikan nafsuinya dan menghadapi godaan syetan. Jadi kematian merupakan pembebas dari semua itu.

[4] Yang dimaksud ialah, apakah namamu si celaka atau si beruntung ? Pada waktu itu namanya sendiri sydah tidak berlaku, karena nama tersebut tidak akan berubah. Ada yang mengatakan, yang dimaksud ialah, apakah kamu masih hidup atau sudah menjadi mayit.

Read more >>

Mati

TENTANG INGAT KEMATIAN DAN SESUDAHNYA. [1]

 

Allah Ta’ala berfirman :“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.”  (Surat Al-Jumu’ah 8)

Di antara manusia, ada orang yang jarang mengingat kematian. Begitu ingat kematian ia sepontan tidak menyukainya, karena ia sudah hanyut tenggelam dalam kesenangan-kesenangan duniawi. Hal ini jelas membuatnya semakin jauh ingat kematian dari Allah Ta’ala.

Di antara manusia, ada orang yang menghadapkan wajahnya kepada Allah Ta’ala, sehingga ia lalu bertaubat dari hal-hal yang tidak patut. Ingat kematian, membuatnya semakin merasa takut, semakin siap, semakin siaga, dan semakin bersemangat untuk memenuhi syarat-syarat bertaubat yang sempurna. Orang seperti ini tidak menyukai  kematian, bukan karena ia telah hanyut tengglam dalam kesenangan-kesenangan  duniwi. Tetapi karena ia sadar masih sadar betapa masih sedikit sekali bekalnya, dan karena ia belum memiliki persiapan yang memadai. Jadi rasa tidak sukannya bukan berarti ia tidak suka bertemu dengan Allah Ta’ala, dan hal itu tidak tercela. Sesungguhnya ia ingin kehidupan ini untuk melakukan persiapan-persiapan dan mencari bekal sebanyak mungkin. Begitu bekalnya sudah cukup, ia siap didatangi oleh maut kemudian dibawa  untuk berjumpa dengan Allah Ta’al serta tinggal di sisi-Nya.

Bagi orang yang mengenal Allah, ia akan selalu mengingat hari kemudian, karena kematian adalah waktu kencan untuk berjumpa dengan Sang Kekasih. Dan seorang kekasih itu sama sekali tidak akan pernah lupa kapan waktunya berkencan dengan kekasihnya. Orang seperti ini merasa betapa lambat datangnya kematian, sebagaimana yang diriwayatkan dari Huzaifah Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya ketika menjelang wafat ia berkata :“Seorang kekasih akan datang dalam keadaan miskin. Tidaklah beruntung orang yang menyesal. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku lebih suka miskin daripada kaya, lebih suka sakit daripada sehat, dan lebih suka mati daripada hidup, maka tolong mudahkanlah kematian bagiku supaya aku berjumpa dengan-Mu.”

Ketahuilah, tingkat tertinggi dalam masalah ini ialah kalau seseorang sudah menyerahkan urusannya kepada Allah Ta’ala, sehingga ia tidak memilih untuk dirinya sendiri mati atau hidup. Cintanya kepada Allah sudah sampai pada puncak kepasrahan total, sehingga apa yang dipilihkan oleh Allah itulah yang menjadi pilihan buat dirinya.

 

Menerangkan Tentang

Keutamaan Mengingat Mati

 

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :

أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ الَّلذَّاتِ

“Sering-seringlah kamu mengingat pemutus kenikmatan.” [2]

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Seandainya binatang-binatang mengetahui kematian seperti yang kamu ketahui, niscaya kamu tidak akan makan dagingnya.”

Aisyah Radhiyallahu Anha bertanya :“Wahai Rasulullah, adakah orang yng dihimpun bersama para syuhada’ ?” Beliau menjawab :”Ya, yaitu orang yang mengingat mati sebanyak dua puluh kali dalam sehari semalam.”

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kado bagi orang mukmin ialah kematian.” [3]

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :“Cukuplah kematan sebagai nasihat.”

Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam keluar menuju masjid. Tiba-tiba beliau melihat orang-orang sama berbicara sambil tertawa-tawa. Beliau bersabda :”Ingatlah kalian akan kematian. Adapun demi Tuhan yang jiwaku ada dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Dan ketahuilah, sesungguhnya kematian adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Memikirkan kematian dapat menjauhkan seseorang dari kesenangan duniawai,  jarang bergembira, dan mendorong untuk siap menyambutnya. Sebaik-baik manusia ialah orang yang ketika mengingat kematian dengan hati yang khusyu’, tidak nampak bekasnya di dalamnya. Caranya ialah dengan mengosongkan hatinya dari selain kematian, dan  merenungkannya seperti ia merenungkan perjalanan yang akan direncanakannya baik di darat maupun di laut. Sebab, yang menguasai hatinya hanya memikirkan kematian dan persiapan untuk menghadapainya

 

Keutamaan Bagi Sedikit Angan-Angan,

 Dan Kecaman Terhadap Banyak Angan-Angan

 

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda kepada Abdullah bin Umar :“Apabila kamu berada di waktu pagi, jangan berbicara kepada hatimu tentang waktu sore, dan apabila kami berada di waktu sore, jangan berbicara kepada hatimu tentang waktu pagi. Siapkan hidupmu untuk menghadapi kematianmu, dan siapkan masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu, karena kamu, wahai Abdullah, tidak tahu apa namamu besok.” [4]

Diriwayatkan oleh Ali Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam  bersabda :”Sesungguhnya ada dua hal yang paling aku khawatirkan atas kalian; yaitu mengikuti hawa nafsu dan banyak angan-angan. Mengikuti hawa nafsu itu dapat menghalangi dari kebenaran, dan banyak angan-angan itu menyebabkan cinta dunia.”

Kemudian beliau bersabda :”Ingat, sesungguhnya Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai maupun yang dibenci-Nya. Jika mencintai seorang hamba, Allah memberinya iman. Ingat, sesungguhnya agama itu mempunyai putra-putra, dan dunia juga mempunyai putra-putra. Maka jadilah kalian putra-putra agama, dan janganlah menjadi putra-putra dunia. Ingat, sesungguhnya dunia itu telah berangkat pergi dan pasti akan berlalu. Ingat,  akhirat telah datang, dan pasti akan tiba. Ingat, sesungguhnya kalian berada di hari amal yang belum berlaku pemeriksaan. Dan ingat, sesungguhnya kalian hampir berada di hari pemeriksaan  yang sudah tidak berlaku amal sekali.”

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Wahai sekalian manusia, apakah kalian tidak merasa malu kepada Allah Ta’ala ?.” Para sahabat bertanya :”Apa itu, wahai  Rasulullah ?.” Beliau bersabda :“Kalian mengumpulkan sesuatu yang tidak kalian makan, kalian mengangan-angankan sesuatu yang tidak kalian capai, dan kalian bangun sesuatu yang kalian huni.”

Abu Sa’id Al Khudri berkata :“Usamah bin Zaid membeli seorang budak perempuan seharga seratus dinar dalam jangka sebulan ke depan. Hal itu didengar oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, lalu beliau bersabda :”Apakah kalian tidak merasa heran terhadap Usamah yang membeli budak dalam jangka waktu sebulan ke depan ? Sesungguhnya Usamah itu panjang angan-angannya. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak barang sekejap mata pun aku selalu yakin bahwa sepasang kelopak mataku akan selalu berkedip sampai Allah mengambil nyawaku. Dan tidak barang sekejap mata pun aku melayangkan pandangan aku selalu yakin bisa menurunkannya samoai aku meninggal dunia. Dan tidak sekejap mata pun aku selalu yakin bisa menelan setiap suap makanan sampai aku tersedak lalu mati.”

Selanjutnya beliau bersabda :“Wahai manusia, jika kalian berakal, anggaplah diri kalian termasuk orang-orang yang sudah mati. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam gemggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kalian pasti datang, dan kalian tidak akan sanggup menolaknya.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam keluar dengan membawa sebuah bejana berisi air, lalu beliau mengusapi anggota tubuhnya dengan tanah. Aku bertanya kepada beliau :”Wahai Rasulullah, sesungguhnya air ada dekat Anda.” Beliau bersabda :”Aku tidak tahu barangkali aku tidak mencapainya.”

Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengambil tiga batang kayu, lalu beliau menanam satu di antaranya tepat di depannya, satunya lagi di sampingnya, dan yang satunya lagi beliau singkirkan. Kemudian beliau berabda :”Tahukah, kalian. Apa artinya ini ?.” Para sahabat menjawab :“Allah dan Rasul-Nya yang tahu.” Beliau bersabda :“Ini manusia, ini ajalnya, dan itu angan-anganya yang diharapkan oleh anak Adam. Sementara ajal akan menyambarnya sebelum ia mencapai angan-angannya.”



[1] Kitab kesepuluh atau yang terakhir, bagian dari seperempat yang membahas tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din.

 

[2] Yang dimaksud dengan pemutus kenikmatan-kenikmatan ialah kematian, karena kematian itu melenyapkan semua kenikmatan

[3] Contoh lain ialah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Kematian adalah waktu istirahat orang mukmin.” Disebutkan dalam Al Ihya’, dikatakan demikian karena pada hakekatnya dunia itu adalah penjara bagi orang mukmin. Selama di dunia, seorang muslim selalu menderita dan sengsara karena harus mengendalikan nafsuinya dan menghadapi godaan syetan. Jadi kematian merupakan pembebas dari semua itu.

[4] Yang dimaksud ialah, apakah namamu si celaka atau si beruntung ? Pada waktu itu namanya sendiri sydah tidak berlaku, karena nama tersebut tidak akan berubah. Ada yang mengatakan, yang dimaksud ialah, apakah kamu masih hidup atau sudah menjadi mayit.

Read more >>

berpikir

TENTANG BERPIKIR. [1]

 

Disebutkan dalam sunah bahwa merenung sesaat itu lebih baik daripada ibadahmu setahun. Anjuran untuk berpikir, merenung, menganalisa, dan mengambil pelajaran dapat diketahui dari ayat-ayat dan hadis-hadis, karena ia adalah kunci pembuka cahaya-cahaya dan awal datangnya pertolongan serta penjaring ilmu.

Tentang keutamaannya, Allah Ta’ala berfirman dalam bentuk pujian :“Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (Surat Ali Imran : 191)

Ibnu Abbas berkata :”Sesungguhnya ada suatu kaum yang memikirkan tentang Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung.” Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :“Pikirkanlah tentang makhluk ciptaan Allah, dan janganlah kalian  memikirkan tentang Allah, karena kalian tidak akan sanggup memikirkan-Nya.”

Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, sesungguhnya pada suatu hari beliau keluar menuju suatu kaum yang sedang asyik berpikir. Beliau bertanya  :”Kenapa kalian tidak berbicara ?.” Mereka menjawab :”Kami sedang berpikir tentang makhluk ciptaan Allah Ta’ala.” Beliau bersabda :“Kalau begitu, lakukanlah. Berpikirlah tentang makhluk ciptaan Allah, tetapi jangan berpikir tentang Dzat Allah, karena di Barat  ada sebuah bumi yang putih, cahayanya seperti putihnya, atau putihnya seperti cahayanya, dan jarak perjalanan matahari adalah empat puluh hari. Di bumi itu ada suatu makhluk di antara makhluk-makhluk Allah Ta’ala  yang tidak pernah mendurhakai-Nya barang sekejap mata pun.” Mereka bertanya :”Wahai Rasulullah, di mana posisi syetan terhadap mereka ?.” Belaiu bersabda :”Mereka tidak tahu, syetan itu diciptakan atau tidak.” Mereka bertanya :“Dari anak cucu Adam ?.” Beliau bersabda :“Mereka tidak tahu,  Adam itu diciptakan atau tidak.”

Diriwayatkan dari Atha’, ia berkata :“Pada suatu hari aku pergi bersama Ubaid bin Umair menemui Aisyah Radhiyalllahu Anha. Antara kami dan beliau terpasang hijab (tabir).  Beliau berkata :”Wahai Ubaid, apa yang menghalangimu menjenguk kami ?.” Ubaid menjawab :”Sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang berbunyi :“Berkunjunglah kadang-kadang, niscaya akan menambah cinta.”

Ibnu Umar berkata :”Tolong ceritakan kepada kami sesuatu cerita paling menakjubkan yang pernah Anda lihat pada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.” Tiba-tiba Aisyah menangis dan berkata :“Semua urusan beliau itu mengagumkan. Pada suatu malam yang menjadi jatah giliranku, beliau menghampiriku sehingga kulit beliau  menyentuh kulitku. Kemudian beliau bersabda :”Biarkan aku mengerjakan shalat untuk Tuhanku.” Beliau menuju ke sebuah geriba untuk berwudhu, lalu shalat. Beliau menangis hingga janggutnya basah. Lalu beliau bersujud hingga air matanya membasahi bumi. Kemudian berbaring di atas lambungnya, sampai Bilal datang memberirahukan kepada beliau kalau telah tiba waktu shalat shubuh. Bilal berkata :”Wahai Rasulullah, kenapa Anda sampai menangis ? Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang lalu dan yang akan datang ?.” Beliau bersabda :”Celaka kamu, wahai Bilal. Bagaimana aku tidak menangis ? Semalam Allah Ta’ala menurunkan ayat ini kepadaku :“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Surat Ali Imran : 190) Kemudian beliau bersabda :”Sungguh celaka orang yang membaca ayat tersebut namun ia tidak mau memikirkannya.”

Ditanyakan kepada Al Auza’i :“Apa tujuan memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah ?.” Ia menjawab :“Membaca dan memamahaminya.”

Al Junaid Radhiyallahu Anhu berkata :”Majlis paling mulia dan paling mahal ialah duduk sambil berpikir di medan tauhid, menghirup angin ma’rifat, meminum dengan gelas cinta dari samuDera kasih sayang, dan memandang Allah Ta’ala  dengan baik sangka.”

Kemudian ia berkata :“Sungguh agung majlis seperti itu, sungGuh nikmat bisa meminum seperti itu, dn sunGguh beruntung orang yang dikaruniai hal itu..”

 

 



[1] Kitab kesembilan, bagian dari seperempat yang membahas tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din.

Read more >>

zuhud

Zuhud

 

Hakikat zuhud ialah tidak menyukai sesuatu dan mengandalkan ganti pada sesuatu yang lain. Jadi orang yang meninggalkan sisa-sisa dunia dan menolaknya demi mengharapkan akhirat, maka ia adalah orang yang zuhud dari dunia.

Tingkatan zuhud tertinggi ialah jika seseorang tidak menginginkan segala sesuatu selain Allah Ta’ala, bahkan termasuk akhirat. Zuhud harus disertai dengan kesadaran  bahwa akhirat itu lebih baik daripada dunia. Pada hakekatnya, amal yang timbul dari suatu keadaan adalah pelengkap keinginan terhadap akhirat. Amal itu laksana menyerahkan harga dengan tetap menjga hati dan anggotaa-nggota tubuh dari segala yang bertentangan dengan perniagaan ini.

Keutamaan zuhud ditunjukkan oleh ayat-ayat dan hadis-hadis yang menerangkan hal itu.

Allah Ta’ala berfirman :“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka siapa di antara mereka yang terbaik perbuatannya.” (Surat  Al-Kahfi : 7)

Allah Ta’ala berfirman :“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian keuntungan di dunia dan tidak ada baginya suatu bagianpun di akhirat.” (Surat Asy Syura : 20)

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :“Barangsiapa yang cita-citanya adalah   dunia, niscaya Allah Ta’ala akan mencerai beraikan urusannya, menelantarkan harta bendanya, menjadikan kemiskinannya ada di depan matanya, dan ia hanya mendapatkan bagian dari dunia yang telah ditentukan untuknya. Tetapi barangsiapa yang cita-citanya adalah akhirat, niscaya Allah Ta’ala akan menyatukan perkaranya, menjaga harta bendanya, menjadikan kekayaannya ada di dalam hatinya, dan dunia pun datang kepadanya dalam keadaan tunduk.”

Nabi Shallallahu alaihi Wa Sallam bersabda :“Jika kalian melihat seseorang  dikaruniai sifat tenang dan zuhud terhadap dunia, dekatilah dia, karena ia akan memberikan hikmah.”

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :“Jika kamu ingin dicintai Allah, maka jauhilah keduniaan, niscaya akan Allah mencintaimu.”

Ketika Haritsah berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :“Aku benr-benar seorang mu’min”, Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bertanya :“Apa hakikat imanmu ?” Haritsah menjawab :“Aku menjauhi dunia, sehingga bagiku batu maupun  emas yang ada di dunia itu sama saja. Seakan-akan aku bisa melihat syurga dan neraka, dan  seakan-akan aku bisa menyaksikan dengan jelas ‘Arasy Tuhanku.” Beliau bersabda :“Kamu telah mengetahuinya, maka tetaplah begitu. Kamu adalah seorang hamba yang oleh Allah hatinya diterangi dengan iman.”

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ditanya tentang makna penjelasan firman Allah Ta’ala surat Az Zumar ayat 22 “Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam, lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?”, dan firman Allah Ta’ala surat Al An’am ayat 125 “Barangsiapa yang Allah ingin memberikan petunjuk kepadanya, niscaya ia melapangkan dadanya untuk Islam.”  Beliau bersabda :”Sesungguhnya apabila cahaya itu masuk ke dalam hati, maka dada pun menjadi lapang dan terbuka.” Seorang sahabat bertanya :“Wahai Rasulullah, apakah hal itu ada tandanya ?” Beliau bersabda :“Ya, yaitu dengan menjauhi negeri yang penuh dengan tipu daya (dunia), kembali ke negeri yang kekal (akhirat), dan  bersiap untuk menghadapi kematian sebelum tiba.”

Jabir Radhiyuallahu Anhu berkata :”Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berpidato di tengah-tengah kami seraya bersabda :“Barangsiapa datang dengan kalimat Laa ilaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah) tanpa dicampuri dengan lainnya, ia masuk syurga.” Kemudian Ali Radhiyallahu Anhu berkata :“Ayah dan ibuku menjadi tebusan Anda, wahai Rasulullah, sesuatu apa yang tidak bercampur dengan selainnya ? Tolong, jelaskan hal itu kepada kami.” Beliau bersabda :“Cinta dunia dengan mencari dan menurutinya, dan orang-orang yang mengatakan ucapan para nabi dan mengamalkan perbuatan orang-orang yang sombong. Maka siapa datang membawa kalimat Laa ilaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah) tanpa dicampuri oleh sesuatu apa pun, ia wajib masuk syurga.”

Disebutkan dalam sebuah hadis :“Dermawan itu dari keyakinan, dan orang yang measa yakin itu tidak masuk  neraka. Adapun kikir itu dari kebimbangan, dan orang yang bimbang itu tidak masuk syurga.”

Read more >>

miskin dan zuhud

TENTANG MISKIN DAN ZUHUD. [1]

 

            Allah Ta’ala berfirman, “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah.” (Surat Faathir : 15)

            Ketahuilah, sesungguhnya orang fakir ialah orang yang membutuhkan apa yang tidak dimilikinya. Dan semua manusia itu pasti faqir kepada Allah Ta’ala, karena kenyatannnya mereka memang membutuhkan-Nya demi kelangsungan hidup mereka. Awal wujud mereka berasal dari-Nya dan itu bukan untuk mereka, tetapi untuk Allah Ta’ala. Dia lah Yang Maha Kaya. Sekarang kami sebutkan mereka yang miskin harta, yaitu[2] orang yang tidak punya harta yang dibutuhkan untuk memenuhi hajat  kehidupannya.

            Orang miskin itu mempunyai beberapa keadaan. Di antaranya, ia tidak menyukai harta dan menghindarinya. Ia disebut orang yang zuhud.

            Kedua, orang yang tidak menghindari dan juga tidak terlalu menginginkkan harta. Tetapi jika ada, ia  tidak dibencinya. Ia disebut orang yang ridha.

            Ketiga, orang yang lebih suka ada harta daripada tidak ada. Jika harta datang kepadanya, ia merasa senang, namun ia tidak berupaya mencarinya.

            Keempat, sebenarnya ia menginginkan dan mengharapkan harta. Akan tetapi ia tidak berusaha mencarinya karena tidak sanggup. [3]

            Kelima, ia merasa harus memiliki harta yang belum dimiliki. Jadi ia seperti orang yang lapar namun tidak punya roti, atau seperti orang telanjang yang tidak punya pakaian untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya. Orang yang mengalami keadaan ini jika  tidak mempunyai keinginan,  ia adalah termasuk orang yang jarang ada. Ia disebut orang zuhud sejati.

            Yang lebih tinggi dari semua keadaan ini ialah orang yang menganggap ada dan ridak adanya harta sama saja baginya, baik harta yang ada di tangannya hanya sedikit atau banyak. Ia tidak peduli, ia  tidak pernah menolak orang yang meminta kepadanya, dan ia juga tidak memikirkan kebutuhan dirinya.

            Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha sesunggunnya ia mendapat uang sebesar seratus ribu dirham sebagai pemberian, lalu ia membagi-bagikannya, tanpa  memikirkan kebutuhannya sendiri untuk berbuka, sehingga pelayannya berkata kepadanya :“Seandainya Anda yang satu dirham Anda belikan daging untuk kita, tentu  kita bisa berbuka dengannya.”Aisyah berkata :“Coba kalau tadi kamu mau meingangatkan aku, tentu saranmu ini aku turuti.”



[1] Kitab keempar, bagian dari seperempat yang membahas tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din.

[2] Orang seperti ini disebut orang yang puas menerima bagiannya.

[3] Di dalam Al Ihya’ disebutkan, orang seperti ini disebut orang yang loba.  

Read more >>

adab guru dan murid

Label:

Adab Guru Dan Murid.

 

            Adab dan tugas seoang murid itu cukup banyak. Tetapi kami bagi perinciannya menjadi tujuh kelompok.

            Tugas pertama : Terlebih dahulu harus mmbersihkan jiwa dari akhlak-akhlak yang nista, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Agama itu didirikan atas kebersihan.” Yang dimaksud ialah bukan kebersihan pakaian, tetapi kebersihan hati. Hal itu berdasarkan petunjuk firman Allah Ta’ala :“Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis.” (Surat At Taubah : 28) Dijelaskan bahwa yang najis itu tidak hanya khusus melekat pada pakaian. Sepanjang batin tidak bersih dari kotoran-kotoran, ia tidak bisa menerima ilmu yang bermanfa’at dalam agama, dan ia tidak akan disinari oleh cahaya ilmu.

            Ibnu Mas’ud mengatakan :”Ilmu itu tidak diukur dengan banyaknya meriwayatkan. Tetapi sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang terpasang di hati.”

            Seorang muhaqiqin mengatakan :”Kami pernah menuntut ilmu bukan karena Allah. Dan ilmu menolak, kecuali karena Allah. Maksudnya, ilmu tidak mau dan menolak kami, sehingga kami tidak bisa melihat hakekatnya. Yang kami dapatkan hanya sekedar cerita dan lafazh-lafazhnya saja.”

            Tugas kedua :  Mengurangi ketergantungan-ketergantungan dan menjauhi kampung halaman, supaya hatinya bisa terfokus pada ilmu. “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (Surat Al Ahzab : 4) Oleh karena itu ada yang mengatakan :”Ilmu tidak akan memberimu sebagiannya saja, sampai kamu memberikan dirimu seutuhnya kepadanya.”

            Tugas ketiga : Jangan sombong terhadap ilmu dan tidak membangkang pada guru. Sebaliknya kamu harus menyerahkan kendali kebebasan kepadanya. Contohnya seperti orang sakit berat yang mennyerahkan kendali kebebasan kepada dokter, tanpa harus menunut yang ini dan yang itu. Sebaiknya dibiasakan untuk berkhidmat kepada guru. Diriwayatkan bahwa Zaid bin Tasbit menyembahyangkan jenazah. Tiba-tiba seekor bighal didekatkan kepada Zaid untuk dinaiki. Lalu muncul Ibnu Abbas yang segera memegangi kendalinya. Zaid berkata :”Biarkan, wahai sepupu Rasulullah.” Ibnu Abbas menjawab :”Demikianlah kami diperintah untuk menghormati para ulama dan orang-orang besar.” Zaid segera mencium tangan Ibnu Abbas seeaya berkata :”Beginilah kami diperintah untuk memperlakukan anggota keluarga nabi kami Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

            Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Bukan termasuk akhlak orang mukmin sikap terlalu hormat, kecuali dalam urusan menuntut ilmu.”

            Seorang penyair mengatakan :

            Ilmu itu memerangi seorang pemuda yang sombong

            Laksana banjir yang memerangi tempat yang tinggi.

            Tugas keempat, Menghindari dari mendengarkan perselisihan-perselisihan manusia, karena hal itu dapat menimbulkan kegelisahan dan kebingungan. Mula-mula hatinya akan cenderung pada semua yang masuk padanya, terlebih hal-hal yang dapat menimbulkan kemalasan dan enak-enakan. Oleh karena itu bagi para penuntut ilmu yang masih pemula, tidak boleh mengikuti perbuatan orang-orang yang malas. Sampai-sampai ada sebagian mereka yang mengatakan :”Siapa yang mengunjungi kami pertama kali, ia adalah teman. Dan siapa yang mengunjungi kami terakhir kali ia adalah zindiq.” Sebab pada akhirnya anggota-anggota tubuh mereka menjadi malas bergerak, kecuali hanya untuk melakukan hal-hal yang fardhu saja. Mereka mengganti amalan-amalan sunnat hanya dengan gerakan-gerakan hati dan kesaksian yang terus menerus. Orang yang lalai itu cenderung malas dan enak-enakan. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (Surat An Naml : 88)

            Tugas kelima : Setiap disiplin ilmu yang terpuji harus terus ditekuni, sampai terlihat dengan jelas tujuannya. Jika usia membantu, ia harus menyempurnakannya. Kalau tidak, ia pilih saja yang paling penting. Menjatuhkan pilihan paling penting itu  dilakukan setelah mengamati keseluruhan.

            Tugas keenam : Menfokuskan perhatian terhadap ilmu yang paling penting di antara ilmu-ilmu yang ada, yakni ilmu akhirat. Yang kami maksudkan ialah bagian muamalah dan mukasyafah. Mu’amalah itu akan menuju mukasyafah. Mukasyafah ialah mengenal Allah Ta’ala, dan itu adalah cahaya yang dipasang oleh Allah Ta’ala pada hati yang bersih karena ibadah dan mujahadah. Dan hal itu akan berujung pada tingkatan iman Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu Anhu, seperti yang dinyatakan dalam sebuah riwayat :”Seandainya imam penduduk bumi ditimbang dengan iman Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, niscaya iman Abu Bakar lebih berat.” Hal itu karena adanya sebuah rahasia yang bercokol dalam hatinya, bukan karena pengajuan bukti-bukti dan argumen-argumen yang rapi.

            Sangat mengherankan sikap seseorang yang telah mendengar sabda-sabda dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, namun ia meremehkan ucapan ala sufi yang didengarnya tersebut. Ia bahkan menganggap bahwa hal itu adalah termasuk kebatilan-kebatilan sufi. Berhati-hatilah dalam masalah ini, karena ia bisa menyia-nyiakan capital. Berusalah dengan penuh semangat untuk mengetahui rahasia yang keluar dari ilmu para ulama ahli fiqih dan para ulama ulama ahli tauhid. Jangan melakukannya, kecuali karena kamu ingin mencarinya.

            Ketahuilah, sesungguhnya ilmu yang paling mulia dan yang paling puncak ialah mengenal Allah Ta’ala. Inilah samudera yang dasarnya tidak mungkin terjangkau. Derajat manusia yang terdalam di dalamnya ialah tingkatan para nabi, para wali, dan seterusnya. Diceritakan bahwa dua orang bijak yang sama-sama rajin beribadah, terlihat pada tangan salah seorang mereka secarik kain bertuliskan :”Jika kamu berbuat baik dalam segala hal, jangan kamu kira kamu telah berbuat baik terhadap segala sesuatu, sebelum kamu mengenal Allah Ta’ala dan meyakini bahwa Dia lah yang membuat sebab-sebab serta yang mewujudkan segala sesuatu.” Sedangkan di tangan yang satunya terdapat tulisan :”Sebelum mengenal Allah aku biasa minum dan haus lagi. Dan setelah mengenal Allah aku bisa merasa segar tanpa harus minum.”

            Tugas ketujuh : Menuntut ilmu dengan tujuan untuk menghiasi batin dengan sifat-sifat yang dapat mengantarkannya kepada Allah dan berada di sisi para malaikat yang selalu berada di dekat-Nya. Jadi bukan untuk memperoleh kekuasaan, harta, dan kedudukan.

Read more >>

ilmu

Label:

TENTANG ILMU DAN BELAJAR.

 

Di dalam Al Qur’an terdapat beberapa dalil tentang keutamaan ilmu. Antara lain ialah firman Allah Ta’ala Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ (Surat Al Mujadilah : 11)

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma mengatakan :”Para ulama itu memiliki sebanyak tujuh ratus derajat di atas derajat orang-orang mukmin. Jarak antara dua derajat ialah sejauh perjalanan lima ratus tahun. Allah Ta’ala berfirman :“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Surat Az Zumar : 9)

Allah Ta’ala berfirman :“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.”(Surat Fathir : 28)

Allah Ta’ala juga berfirman :“Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Surat Al Ankabut : 43)

Di antara hadis yang menerangkan tentang keutamaan derajat para ulama ialah sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam :

اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ

Para ulama adalah pewaris nabi-nabi.”

Beliau bersabda :”Sebaik-baik manusia ialah seorang mukmin yang jika dibutuhkan ia berguna, dan jika tidak dibutuhkan ia berguna bagi dirinya sendiri.” Beliau bersabda :”Iman itu telanjang. Pakaiannya ialah ketakwaan, perhiasannya ialah rasa malu, dan buah hasilnya ialah ilmu.” Beliau bersabda :”Manusia yang paling dekat dengan derajat nubuwah ialah para ulama dan para pejuang. Adapun para ulama, karena mereka benar-benar telah menunjukkan manusia kepada apa yang dibawa oleh para rasul. Sementara para pejuang, mereka telah berjihad dengan menggunakan pedang-pedang mereka demi apa yang dibawa oleh para rasul.” Beliau bersabda :”Seorang ulama itu adalah kepercayaan Allah di muka bumi.” Dan beliau juga bersabda :”Pada hari kiamat kelak para nabi dimintai syafa’at, lalu para ulama, kemudian para syuhada’.”

Fathu Al Mushili mengatakan :”Bukankah orang yang sakit kalau dilaang makan, minum, dan berobat ia akan mati ? [2] Demikian pula dengan hati. Jika dilarang atau tidak diberi hikmah dan ilmu selama tiga hari saja, ia pun akan mati.” Fathu Al Mushili benar. Sebab, santapan hati ialah ilmu dan hikmah. Bahkan dengan keduanya hati bisa bisa hidup. Sama seperti halnya santapan bagi tubuh ialah makanan dan minuman. Siapa kehilangan ilmu hatinya sakit dan ia pasti mati. Sedang ia tidak merasakannya. Sebab, kesibukan-kesibukan urusan duniwi telah melumpuhkan perasaan-perasaannya. Dan ketika kematian telah menelanjangi kesibukan-kesibukan tersebut, ia akan mengalami ras sakit yang sangat besar dan merasakan penderitaan yang tidak ujungnya sama sekali. Itulah makna sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Manusia itu sama tidur. Manakala telah mati mereka baru bangun.”

Tentang keutamaan ilmu, hal itu ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Sesungguhnya para malaikat sama meletakkan sayapnya pada seorang penuntut ilmu karena ridha terhadap apa yang dilakukannya.”

Beliau juga bersabda :”Kepergianmu untuk mempelajari satu bab ilmu adalah lebih baik daripada kamu shalat seratus raka’at.”

Abu Darda’ berkata :”Siapa yang mengggap pergi mencari ilmu itu bukan jihad, berarti ada kekurangan pada pikiran dan akalnya.”

Dan tentang keutamaan mengajarkan ilmu, hal itu ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala :“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya” (Surat Ali Imran : 187)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Setiap kali Allah memberikan ilmu kepada orang yang berilmu, berarti Allah mengambil janji darinya seperti Allah mengambil jani dari para nabi agar mereka menjelaskannya dan mereka tidak boleh menyembunyikannya.”

Ketika hendak mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berpesan :”Sesungguhnya jasamu berhasil membuat seseorang mendapatkan petunjuk Allah itu lebih baik bagimu daripada dunia se isinya.”

Umar bin Al Khattab Radhiyallahu Anhu berkata :”Siapa menceritakan sebuah hadis lalu ia mengamalkannya, baginya mendapatkan seperti pahala amal itu.”

Mengenai keutamaan mempelajari ilmu dan mengajarkannya, terdapat riwayat marfu’ dari Mu’adz bin Jabal :”Pelajarilah ilmu, karena sesungguhnya mempelajari ilmu karena Allah adalah ungkapan rasa takut, [3] menuntutnya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menelitinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah, dan memberikannya kepada orang yang tepat adalah amal yang dapat mendekatkan kepada Allah. Ilmu adalah penghibur di kala sendiri, teman di kala sepi, petunjuk di kala suka maupun duka, pembantu di kala sendirian, pendamping di kala tidak ada kawan-kawan, dan cahaya jalan menuju syurga. Dengan ilmu Allah mengangkat derajat beberpa kaum, sehingga dalam hal kebaikan Allah menjadikan mereka sebagai pembimbing serta penunjuk yang dijadikan pedoman, pelopor dalam hal kebajikan yang akan selau diikuti jejak-jejak langkah mereka, yang akan selalu ditiru perbuatan-perbuatan mereka, dan yang mendorong maliakat tertarik sifat-sifat mereka sehingga mau mengusap mereka dengan sayap-sayapnya.  Semua benda yang basah dan yang kering membacakan tasbih dan memohonkan ampunan untuk mereka, termasuk ikan-ikan berikut bianatang-binatang lain yang ada di samudera, binatang-binatang buas maupun binatang-binatang jinak di daratan, dan langit berikut bintang-bintangnya. Soalnya ilmu lah yang menghidupkan hati dari kebutaan, dan yang memberi cahaya penglihatan dari kegelapan. Ilmu dapat menguatkan badan dari kelemahan. Dengan ilmu seorang hamba dapat mencapai kedudukan-kedudukan orang-orang yang berbakti dan derajat-derajat yang tinggi. Pahala merenungkan ilmu itu sebanding dengan pahala puasa, dam pahala pengkajinya sebanding dengan pahala menjalankan shalat sunnat malam. Ilmu adalah bekal untuk ta’at, menyembah, mengesakan, dan takut kepada Allah. Ilmu adalah alat untuk menyambung hubungan-hubungan keluarga. Ilmu adalah imam, dan amal adalah makmumnya. Orang-orang yang bahagia ialah yang diberikan ilmu, dan orang-orang yang celaka ialah yang dihalangi darinya.”

Dari segi akal, keutamaan ilmu sangat jelas. Sebab, dengan ilmu seseorang bisa sampai kepada Allah Ta’ala, bisa dekat dengan-Nya, dan bisa berada di sampign-Nya. Ilmu adalah kebahagiaan yang langgeng, dan nikmat abadi yang tiada habis-habisnya . Di dalam ilmu terletak kemuliaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Dan pada hakekatnya, dunia itu lading akhirat. Seorang yang berilmu, dengan ilmunya ia menanam kebahagiaan yang kekal, karena dengan ilmunya ia dapat mendidik akhlak manusia dan mengajak mereka kepada amal-amal yang akan mendekatkan mereka kepada Tuhannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala :“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.“ (Surat An Nahl : 125) Ia mengajak orang-orang khusus dengan menggunakan hikmah, mengajak orang-orang awam dengan menggunakan nasehat-nasehat, dan mengajak orang-orang yang keras kepala dengan menggunakan perdebatan. Selain itu ia dapat menyelamatkan dirinya dan juga orang lain. Dan itulah letak kesempurnaan manusia.



[1] Kitab pertama, bagian dari seperempat yang membasah tentang msalah ibadah dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din

[2] Demikian bunyi naskah yang dicetak. Di dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din disebutkan, orang-orang di sekitarnya sama menjawab :”Benar.” Disebutkan dalam Mughni Al Labib oleh Ibnu Hisyam Al Anshari, kalimat Bala itu kalimat jawaban yang memiliki arti khusus menafikan atau berarti membatalkan atau menyangkal pertanyaan. Contohnya seperti firman Allah surat Al A’raf ayat 172 “Tidakkah Aku ini Tuhanmu ?.” Menurut Ibnu Abbas, kalau pertanyaan Allah tersebut dijawab :”Ya”, maka bisa menyebabkan kafir. Jadi jawaban “Ya” tersebut harus diartikan membenarkan si penanya.

[3] Ini kalimat yang terdapat dalam Ihya’ Ulum Al Din. Tetapi kalimat dalam naskah yang dicetak berbunyi :” Sesungguhnya  mempelajari ilmu karena Allah adalah suatu kebajikan.” Jadi ada salah penulisan.

Read more >>

Tanda hati mati

Label:
hati mati

SEBAHAGIAN DARIPADA TANDA MATINYA HATI IALAH APABILA TIDAK BERASA SEDIH JIKA TERLEPAS SESUATU AMAL KEBAIKAN DARIPADANYA DAN TIDAK MENYESAL JIKA TERJADI PERBUATAN YANG TIDAK BAIK OLEHNYA.

Kita telah dinasihatkan supaya jangan meninggalkan zikir walaupun tidak hadhir hati ketika berzikir. Begitu juga dengan ibadat dan amal kebaikan. Janganlah meninggalkan ibadat lantaran hati tidak khusyuk ketika beribadat dan jangan meninggalkan amal kebaikan lantaran hati belum ikhlas dalam melakukannya. Khusyuk dan ikhlas adalah sifat hati yang sempurna. Zikir, ibadat dan amal kebaikan adalah cara-cara untuk membentuk hati agar menjadi sempurna. Hati yang belum mencapai tahap kesempurnaan dikatakan hati itu berpenyakit. Jika penyakit itu dibiarkan, tidak diambil langkah mengubatinya, pada satu masa, hati itu mungkin boleh mati. Mati hati berbeza daripada mati tubuh badan. Orang yang mati tubuh badan ditanam di dalam tanah. Orang yang mati hatinya, tubuh badannya masih sihat dan dia masih berjalan ke sama ke mari di atas muka bumi ini.

Jika kita renungi kembali kepada diri zahir manusia, kita akan dapat menyusunnya sebagai tubuh, nyawa, naluri-naluri dan akal fikiran. Bila dibandingkan dengan haiwan, kita akan mendapati susunan haiwan seperti susunan manusia juga.. Haiwan mempunyai tubuh badan, nyawa dan naluri-naluri. Bezanya adalah haiwan tidak mempunyai akal fikiran. Oleh sebab manusia memiliki akal fikiran maka manusia boleh diistilahkan sebagai haiwan yang cerdik.

Haiwan yang cerdik (manusia), dipanggil nafsu natiqah menurut istilah tasauf . Pemilikan akal tidak mengubah manusia dari status kehaiwanan. Jika ada haiwan berbangsa monyet, harimau, kuda dan lain-lain, maka ada haiwan berbangsa manusia. Haiwan berbangsa manusia menjadi raja memerintah semua haiwan yang lain. Akal fikiran yang ada pada mereka membuat mereka boleh membentuk kehidupan yang lebih sempurna dari haiwan lain yang tidak berakal. Akal fikiran juga mampu membuat haiwan bangsa manusia menawan daratan, lautan dan udara. Walaupun mereka berjaya menawan daratan dengan kenderaan mereka namun, itu tidak membezakan mereka daripada kuda dan haiwan lain yang mampu juga menawan daratan. Walaupun mereka berjaya menawan lautan namun, itu tidak membezakan mereka daripada haiwan ikan yang juga menggunakan lautan. Walaupun mereka berjaya menawan udara namun, itu tidak membezakan mereka daripada haiwan burung yang juga menggunakan udara. Kemampuan yang ditunjukkan oleh akal fikiran tidak mengubah status haiwan yang ada pada manusia. Apakah yang menjadikan manusia sebagai insan, bukan haiwan?

Manusia menjadi istimewa kerana memiliki hati rohani. Hati mempunyai nilai yang mulia yang tidak dimiliki oleh akal fikiran. Semua anggota dan akal fikiran menghala kepada alam benda sementara hati rohani menghala kepada Pencipta alam benda. Hati mempunyai persediaan untuk beriman kepada Tuhan. Hati yang menghubungkan manusia dengan Pencipta. Hubungan dengan Pencipta memisahkan manusia daripada daerah haiwan dan mengangkat darjat mereka menjadi makhluk yang mulia. Hati yang cergas, sihat dan dalam keasliannya yang murni, berhubung erat dengan Tuhannya. Hati itu menyuluh akal fikiran agar akal fikiran dapat berfikir tentang Tuhan dan kejadian Tuhan. Hati itu menyuluh juga kepada anggota tubuh badan agar mereka tunduk kepada perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya. Hati yang berjaya menaklukkan akal fikiran dan anggota tubuh badannya serta mengarahkan mereka berbuat taat kepada Allah s.w.t adalah hati yang sihat.

Hati yang sihat melahirkan takwa, iaitu pengabdian kepada Allah s.w.t. Takwalah yang membezakan kedudukan seseorang hamba pada sisi Tuhan. Semakin tinggi darjat ketakwaan semakin hampir seorang hamba dengan Tuhannya. Semakin rendah darjat takwa semakin hampir seseorang dengan daerah kehaiwanan. Jika takwa tidak ada jadilah manusia itu haiwan yang pandai berfikir dan berkata-kata.

Haiwan yang pandai berfikir inilah yang dikatakan manusia yang mati hatinya. Dia tidak dapat menggerakkan fikiran dan anggotanya menuju kepada Allah s.w.t. Bahagian yang menghala kepada Pencipta tidak berfungsi, hanya bahagian yang menghala kepada alam benda merupakan bahagian yang aktif. Manusia yang mati hatinya atau manusia yang berbangsa haiwan ini tidak berasa sedih jika terlepas peluang baginya untuk melakukan amalan yang mendekatkan diri dengan Tuhan dan dia tidak berasa kesal jika dia berbuat dosa dan maksiat yang menjauhkan dirinya daripada Allah s.w.t.

Kematian hati tidak dapat dikenal jika seseorang itu mengambil daya nilai keduniaan sebagai piawaian. Ramai orang yang menurut pengertian tasauf sudah mati hatinya tetapi mereka mencapai berbagai-bagai kecemerlangan dalam kehidupan dunia. Mereka menjadi pemimpin kepada orang ramai. Mereka menciptakan berbagai-bagai benda keperluan manusia. Mereka berjaya mendaki Gunung Everest. Mereka memegang bermacam-macam rekod kejohanan. Mereka menguasai kekayaan dan berbagai-bagai lagi kejayaan dan kecemerlangan.

Apa juga kejayaan dan kecemerlangan yang diperolehi hendaklah diletakkan di atas neraca akhirat. Jika kejayaan dan kecemerlangan itu mampu menambahkan berat dacing kebaikan, maka kejayaan dan kecemerlangan itu adalah benar. Jika tidak ia hanyalah fatamorgana.
Read more >>

baby

Label:
Oh woooah, oh woooooah, oh wooooah, oh.
You know you love me, I know you care,
you shout whenever and I’ll be there.
You are my love, you are my heart
and we will never ever ever be apart.
Are we an item? girl quit playing,
we’re just friends, what are you saying.
Said there’s another, look right in my eyes,
my first love broke my heart for the first time.
And I was like…

[Chorus]
Baby, baby, baby oooooh,
like baby, baby, baby noooooooo,
like baby, baby, baby, ooooh.
Thought you’d always be mine, mine (repeat)

[Justin Beiber]
Oh, for you I would have done whatever,
and I just can’t believe we aint together
and I wanna play it cool the thought of losing you
I buy you anything, I buy you any ring,
and now please say baby fix me and you shake me til’ you wake me from this bad dream.
I’m going down down down down
and I just can’t believe my first love won’t be around.
And I’m like…

[Chorus]

[Ludacris]
Luda, When I was 13 I had my first love,
there was nobody that compared to my baby
and nobody came between us, no-one could ever come above
She had me going crazy, oh I was star-struck,
she woke me up daily, don’t need no Starbucks.
She made my heart pound, I skip a beat when I see her in the street and
at school on the playground but I really wanna see her on the weekend.
She knows she got me dazing coz she was so amazing
and now my heart is breaking but I just keep on saying….

[Chorus]

Now I’m gone,
Yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah,
yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah,
yeah, yeah, yeah, yeah, yeah, yeah,
now I’m all gone.
Gone, gone, gone, gone, I’m gone.
Read more >>

guardian angel

Label:
bahagianya ku punyamu
berharganya bersamamu
selalu kan menjaga
semuanya ini
semoga kan abadi

akhirnya ku temukan
your my guardian angel
ku mohon selamanya
seindah ini

akhirnya ku miliki
your my guardian angel
terjawab segalanya
kau yang ku nanti
baby i love you
love you

bahagianya ada kamu
berharganya cinta kamu
selalu kan menjaga semuanya ini
semoga kan abadi

you're my guardian angel

akhirnya ku temukan
you're my guardian angel
ku mohon selamanya
seindah ini
akhirnya ku miliki
you're my guardian angel
terjawab segalanya
kau yang ku nanti
baby i love you
baby i love you
Read more >>

Pengertian do,a

Label:

Do'a
Menurut kitab al hikam

JANGANLAH KERANA KELAMBATAN MASA PEMBERIAN TUHAN KEPADA KAMU, PADAHAL KAMU TELAH BERSUNGGUH-SUNGGUH BERDOA, MEMBUAT KAMU BERPUTUS ASA, SEBAB ALLAH MENJAMIN UNTUK MENERIMA SEMUA DOA, MENURUT APA YANG DIPILIH-NYA UNTUK KAMU, TIDAK MENURUT KEHENDAK KAMU, DAN PADA WAKTU YANG DITENTUKAN-NYA, TIDAK PADA WAKTU YANG KAMU TENTUKAN.

Apabila kita berkehendak mendapatkan sesuatu sama ada duniawi mahupun ukhrawi maka kita akan berusaha bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya. Jika usaha kita tidak mampu memperolehinya kita akan meminta pertolongan daripada orang yang mempunyai kuasa. Jika mereka juga tidak mampu membantu kita untuk mencapai hajat kita maka kita akan memohon pertolongan daripada Allah s.w.t, menadah tangan ke langit sambil air mata bercucuran dan suara yang merayu-rayu menyatakan hajat kepada-Nya. Selagi hajat kita belum tercapai selagi itulah kita bermohon dengan sepenuh hati. Tidak ada kesukaran bagi Allah s.w.t untuk memenuhi hajat kita. Sekiranya Dia mengurniakan kepada kita semua khazanah yang ada di dalam bumi dan langit maka pemberian-Nya itu tidak sedikit pun mengurangi kekayaan-Nya. Andainya Allah s.w.t menahan dari memberi maka tindakan demikian tidak sedikit pun menambahkan kekayaan dan kemuliaan-Nya. Jadi, dalam soal memberi atau menahan tidak sedikit pun memberi kesan kepada ketuhanan Allah s.w.t. Ketuhanan-Nya adalah mutlak tidak sedikit pun terikat dengan kehendak, doa dan amalan hamba-hamba-Nya.


Dan Allah berkuasa melakukan apa yang di kehendaki-Nya. ( Ayat 27 : Surah Ibrahim )

Semuanya itu tunduk di bawah kekuasaan-Nya. ( Ayat 116 : Surah al-Baqarah )
Ia tidak boleh ditanya tentang apa yang Ia lakukan, sedang merekalah yang akan ditanya kelak. ( Ayat 23 : Surah al-Anbiyaa’ )

Sebahagian besar daripada kita tidak sedar bahawa kita mensyirikkan Allah s.w.t dengan doa dan amalan kita. Kita jadikan doa dan amalan sebagai kuasa penentu atau setidak-tidaknya kita menganggapnya sebagai mempunyai kuasa tawar menawar dengan Tuhan, seolah-olah kita berkata, “Wahai Tuhan! Aku sudah membuat tuntutan maka Engkau wajib memenuhinya. Aku sudah beramal maka Engkau wajib membayar upahnya!” Siapakah yang berkedudukan sebagai Tuhan, kita atau Allah s.w.t? Sekiranya kita tahu bahawa diri kita ini adalah hamba maka berlagaklah sebagai hamba dan jagalah sopan santun terhadap Tuan kepada sekalian hamba-hamba. Hak hamba ialah rela dengan apa juga keputusan dan pemberian Tuannya.

Doa adalah penyerahan bukan tuntutan. Kita telah berusaha tetapi gagal. Kita telah meminta pertolongan makhluk tetapi itu juga gagal. Apa lagi pilihan yang masih ada kecuali menyerahkan segala urusan kepada Tuhan yang di Tangan-Nya terletak segala perkara. Serahkan kepada Allah s.w.t dan tanyalah kepada diri sendiri mengapa Tuhan menahan kita dari memperolehi apa yang kita hajatkan? Apakah tidak mungkin apa yang kita inginkan itu boleh mendatangkan mudarat kepada diri kita sendiri, hingga lantaran itu Allah s.w.t Yang Maha Penyayang menahannya daripada sampai kepada kita? Bukankah Dia Tuhan Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang lagi Maha Mengetahui.

Tidakkah Allah yang menciptakan sekalian makhluk itu mengetahui (segala-galanya)? Sedang Ia Maha Halus urusan Tadbiran-Nya, lagi Maha Mendalam Pengetahuan-Nya. ( Ayat 14 : Surah al-Mulk )
Dialah yang mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, (dan Dialah jua) yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana. ( Ayat 18 : Surah at-Taghaabun )
Apa sahaja ayat keterangan yang Kami mansuhkan (batalkan), atau yang Kami tinggalkan (atau tangguhkan), Kami datangkan ganti yang lebih baik daripadanya, atau yang sebanding dengannya. Tidakkah engkau mengetahui bahawasanya Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu? ( Ayat 106 : Surah al-Baqarah )

Allah s.w.t Maha Halus (Maha Terperinci/Detail), Maha Mengerti dan Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Allah s.w.t yang bersifat demikian menentukan buat diri-Nya yang apa sahaja yang Dia mansuhkan digantikannya dengan yang lebih baik atau yang sama baik. Dia boleh berbuat demikian kerana Dia tidak bersekutu dengan sesiapa pun dan Dia Maha Berkuasa.
Seseorang hamba sentiasa berhajat kepada pertolongan Tuhan. Apa yang dihajatinya disampaikannya kepada Tuhan. Semakin banyak hajatnya semakin banyak pula doa yang disampaikannya kepada Tuhan. Kadang-kadang berlaku satu permintaan berlawanan dengan permintaan yang lain atau satu permintaan itu menghalang permintaan yang lain. Manusia hanya melihat kepada satu doa tetapi Allah s.w.t menerima kedatangan semua doa dari satu orang manusia itu. Manusia yang dikuasai oleh kalbu jiwanya berbalik-balik dan keinginan serta hajatnya tidak menetap. Tuhan yang menguasai segala perkara tidak berubah-ubah. Manusia yang telah meminta satu kebaikan boleh meminta pula sesuatu yang tidak baik atau kurang baik. Tuhan yang menentukan yang terbaik untuk hamba-Nya tidak berubah kehendak-Nya. Dia telah menetapkan buat Diri-Nya:

Bertanyalah (wahai Muhammad): “Hak milik siapakah segala yang ada di langit dan di bumi?” Katakanlah: “(Semuanya itu) adalah milik Allah! Ia telah menetapkan atas diri-Nya memberi rahmat.” (Ayat 12 : Surah al-An’aam )

Orang yang beriman selalu mendoakan:
“Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari azab neraka”. ( Ayat 201 : Surah al-Baqarah )

Hamba yang mendapat rahmat dari Allah s.w.t diterima doa di atas dan doa tersebut menjadi induk kepada segala doa-doanya. Doa yang telah diterima oleh Allah s.w.t menapis doa-doa yang lain. Jika kemudiannya si hamba meminta sesuatu yang mendatangkan kebaikan hanya kepada penghidupan dunia sahaja, tidak untuk akhirat dan tidak menyelamatkannya dari api neraka, maka doa induk itu menahan doa yang datang kemudian. Hamba itu dipelihara daripada didatangi oleh sesuatu yang menggerakkannya ke arah yang ditunjukkan oleh doa induk itu. Jika permintaannya sesuai dengan doa induk itu dia dipermudahkan mendapat apa yang dimintanya itu.

Oleh sebab itu doa adalah penyerahan kepada Yang Maha Penyayang dan Maha Mengetahui. Menghadaplah kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya serta ucapkan, “Wahai Tuhanku Yang Maha Lemah-lembut, Maha Mengasihani, Maha Mengetahui, Maha Bijaksana! Daku adalah hamba yang bersifat tergopoh gapah, lemah dan jahil. Daku mempunyai hajat tetapi daku tidak mengetahui kesannya bagiku, sedangkan Engkau Maha Mengetahui. Sekiranya hajatku ini baik kesannya bagi dunia dan akhiratku dan melindungiku dari api neraka maka kurniakan ia kepadaku pada saat yang baik bagiku menerimanya. Jika kesudahannya buruk bagi dunia dan akhiratku dan mendorongku ke neraka, maka jauhkan ia daripadaku dan cabutkanlah keinginanku terhadapnya. Sesungguhnya Engkaulah Tuhanku Yang Maha Mengerti dan Maha Berdiri Dengan Sendiri”.

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang dirancangkan berlakunya, dan Dialah juga yang memilih (satu-satu dari makhluk-Nya untuk sesuatu tugas atau keutamaan dan kemuliaan); tidaklah layak dan tidaklah berhak bagi sesiapapun memilih (selain dari pilihan Allah). Maha Suci Allah dan Maha Tinggilah keadaan-Nya dari apa yang mereka sekutukan dengan-Nya. { Ayat 68 : Surah al-Qasas }
Read more >>

Followers

kamut


Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.