twitter rss

miskin dan zuhud

TENTANG MISKIN DAN ZUHUD. [1]

 

            Allah Ta’ala berfirman, “Hai manusia, kamulah yang membutuhkan kepada Allah.” (Surat Faathir : 15)

            Ketahuilah, sesungguhnya orang fakir ialah orang yang membutuhkan apa yang tidak dimilikinya. Dan semua manusia itu pasti faqir kepada Allah Ta’ala, karena kenyatannnya mereka memang membutuhkan-Nya demi kelangsungan hidup mereka. Awal wujud mereka berasal dari-Nya dan itu bukan untuk mereka, tetapi untuk Allah Ta’ala. Dia lah Yang Maha Kaya. Sekarang kami sebutkan mereka yang miskin harta, yaitu[2] orang yang tidak punya harta yang dibutuhkan untuk memenuhi hajat  kehidupannya.

            Orang miskin itu mempunyai beberapa keadaan. Di antaranya, ia tidak menyukai harta dan menghindarinya. Ia disebut orang yang zuhud.

            Kedua, orang yang tidak menghindari dan juga tidak terlalu menginginkkan harta. Tetapi jika ada, ia  tidak dibencinya. Ia disebut orang yang ridha.

            Ketiga, orang yang lebih suka ada harta daripada tidak ada. Jika harta datang kepadanya, ia merasa senang, namun ia tidak berupaya mencarinya.

            Keempat, sebenarnya ia menginginkan dan mengharapkan harta. Akan tetapi ia tidak berusaha mencarinya karena tidak sanggup. [3]

            Kelima, ia merasa harus memiliki harta yang belum dimiliki. Jadi ia seperti orang yang lapar namun tidak punya roti, atau seperti orang telanjang yang tidak punya pakaian untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya. Orang yang mengalami keadaan ini jika  tidak mempunyai keinginan,  ia adalah termasuk orang yang jarang ada. Ia disebut orang zuhud sejati.

            Yang lebih tinggi dari semua keadaan ini ialah orang yang menganggap ada dan ridak adanya harta sama saja baginya, baik harta yang ada di tangannya hanya sedikit atau banyak. Ia tidak peduli, ia  tidak pernah menolak orang yang meminta kepadanya, dan ia juga tidak memikirkan kebutuhan dirinya.

            Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha sesunggunnya ia mendapat uang sebesar seratus ribu dirham sebagai pemberian, lalu ia membagi-bagikannya, tanpa  memikirkan kebutuhannya sendiri untuk berbuka, sehingga pelayannya berkata kepadanya :“Seandainya Anda yang satu dirham Anda belikan daging untuk kita, tentu  kita bisa berbuka dengannya.”Aisyah berkata :“Coba kalau tadi kamu mau meingangatkan aku, tentu saranmu ini aku turuti.”



[1] Kitab keempar, bagian dari seperempat yang membahas tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din.

[2] Orang seperti ini disebut orang yang puas menerima bagiannya.

[3] Di dalam Al Ihya’ disebutkan, orang seperti ini disebut orang yang loba.  

Posting Komentar

Followers

kamut


Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.