twitter rss

adab guru dan murid

Label:

Adab Guru Dan Murid.

 

            Adab dan tugas seoang murid itu cukup banyak. Tetapi kami bagi perinciannya menjadi tujuh kelompok.

            Tugas pertama : Terlebih dahulu harus mmbersihkan jiwa dari akhlak-akhlak yang nista, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Agama itu didirikan atas kebersihan.” Yang dimaksud ialah bukan kebersihan pakaian, tetapi kebersihan hati. Hal itu berdasarkan petunjuk firman Allah Ta’ala :“Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis.” (Surat At Taubah : 28) Dijelaskan bahwa yang najis itu tidak hanya khusus melekat pada pakaian. Sepanjang batin tidak bersih dari kotoran-kotoran, ia tidak bisa menerima ilmu yang bermanfa’at dalam agama, dan ia tidak akan disinari oleh cahaya ilmu.

            Ibnu Mas’ud mengatakan :”Ilmu itu tidak diukur dengan banyaknya meriwayatkan. Tetapi sesungguhnya ilmu adalah cahaya yang terpasang di hati.”

            Seorang muhaqiqin mengatakan :”Kami pernah menuntut ilmu bukan karena Allah. Dan ilmu menolak, kecuali karena Allah. Maksudnya, ilmu tidak mau dan menolak kami, sehingga kami tidak bisa melihat hakekatnya. Yang kami dapatkan hanya sekedar cerita dan lafazh-lafazhnya saja.”

            Tugas kedua :  Mengurangi ketergantungan-ketergantungan dan menjauhi kampung halaman, supaya hatinya bisa terfokus pada ilmu. “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (Surat Al Ahzab : 4) Oleh karena itu ada yang mengatakan :”Ilmu tidak akan memberimu sebagiannya saja, sampai kamu memberikan dirimu seutuhnya kepadanya.”

            Tugas ketiga : Jangan sombong terhadap ilmu dan tidak membangkang pada guru. Sebaliknya kamu harus menyerahkan kendali kebebasan kepadanya. Contohnya seperti orang sakit berat yang mennyerahkan kendali kebebasan kepada dokter, tanpa harus menunut yang ini dan yang itu. Sebaiknya dibiasakan untuk berkhidmat kepada guru. Diriwayatkan bahwa Zaid bin Tasbit menyembahyangkan jenazah. Tiba-tiba seekor bighal didekatkan kepada Zaid untuk dinaiki. Lalu muncul Ibnu Abbas yang segera memegangi kendalinya. Zaid berkata :”Biarkan, wahai sepupu Rasulullah.” Ibnu Abbas menjawab :”Demikianlah kami diperintah untuk menghormati para ulama dan orang-orang besar.” Zaid segera mencium tangan Ibnu Abbas seeaya berkata :”Beginilah kami diperintah untuk memperlakukan anggota keluarga nabi kami Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

            Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Bukan termasuk akhlak orang mukmin sikap terlalu hormat, kecuali dalam urusan menuntut ilmu.”

            Seorang penyair mengatakan :

            Ilmu itu memerangi seorang pemuda yang sombong

            Laksana banjir yang memerangi tempat yang tinggi.

            Tugas keempat, Menghindari dari mendengarkan perselisihan-perselisihan manusia, karena hal itu dapat menimbulkan kegelisahan dan kebingungan. Mula-mula hatinya akan cenderung pada semua yang masuk padanya, terlebih hal-hal yang dapat menimbulkan kemalasan dan enak-enakan. Oleh karena itu bagi para penuntut ilmu yang masih pemula, tidak boleh mengikuti perbuatan orang-orang yang malas. Sampai-sampai ada sebagian mereka yang mengatakan :”Siapa yang mengunjungi kami pertama kali, ia adalah teman. Dan siapa yang mengunjungi kami terakhir kali ia adalah zindiq.” Sebab pada akhirnya anggota-anggota tubuh mereka menjadi malas bergerak, kecuali hanya untuk melakukan hal-hal yang fardhu saja. Mereka mengganti amalan-amalan sunnat hanya dengan gerakan-gerakan hati dan kesaksian yang terus menerus. Orang yang lalai itu cenderung malas dan enak-enakan. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.” (Surat An Naml : 88)

            Tugas kelima : Setiap disiplin ilmu yang terpuji harus terus ditekuni, sampai terlihat dengan jelas tujuannya. Jika usia membantu, ia harus menyempurnakannya. Kalau tidak, ia pilih saja yang paling penting. Menjatuhkan pilihan paling penting itu  dilakukan setelah mengamati keseluruhan.

            Tugas keenam : Menfokuskan perhatian terhadap ilmu yang paling penting di antara ilmu-ilmu yang ada, yakni ilmu akhirat. Yang kami maksudkan ialah bagian muamalah dan mukasyafah. Mu’amalah itu akan menuju mukasyafah. Mukasyafah ialah mengenal Allah Ta’ala, dan itu adalah cahaya yang dipasang oleh Allah Ta’ala pada hati yang bersih karena ibadah dan mujahadah. Dan hal itu akan berujung pada tingkatan iman Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu Anhu, seperti yang dinyatakan dalam sebuah riwayat :”Seandainya imam penduduk bumi ditimbang dengan iman Abu Bakar Radhiyallahu Anhu, niscaya iman Abu Bakar lebih berat.” Hal itu karena adanya sebuah rahasia yang bercokol dalam hatinya, bukan karena pengajuan bukti-bukti dan argumen-argumen yang rapi.

            Sangat mengherankan sikap seseorang yang telah mendengar sabda-sabda dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, namun ia meremehkan ucapan ala sufi yang didengarnya tersebut. Ia bahkan menganggap bahwa hal itu adalah termasuk kebatilan-kebatilan sufi. Berhati-hatilah dalam masalah ini, karena ia bisa menyia-nyiakan capital. Berusalah dengan penuh semangat untuk mengetahui rahasia yang keluar dari ilmu para ulama ahli fiqih dan para ulama ulama ahli tauhid. Jangan melakukannya, kecuali karena kamu ingin mencarinya.

            Ketahuilah, sesungguhnya ilmu yang paling mulia dan yang paling puncak ialah mengenal Allah Ta’ala. Inilah samudera yang dasarnya tidak mungkin terjangkau. Derajat manusia yang terdalam di dalamnya ialah tingkatan para nabi, para wali, dan seterusnya. Diceritakan bahwa dua orang bijak yang sama-sama rajin beribadah, terlihat pada tangan salah seorang mereka secarik kain bertuliskan :”Jika kamu berbuat baik dalam segala hal, jangan kamu kira kamu telah berbuat baik terhadap segala sesuatu, sebelum kamu mengenal Allah Ta’ala dan meyakini bahwa Dia lah yang membuat sebab-sebab serta yang mewujudkan segala sesuatu.” Sedangkan di tangan yang satunya terdapat tulisan :”Sebelum mengenal Allah aku biasa minum dan haus lagi. Dan setelah mengenal Allah aku bisa merasa segar tanpa harus minum.”

            Tugas ketujuh : Menuntut ilmu dengan tujuan untuk menghiasi batin dengan sifat-sifat yang dapat mengantarkannya kepada Allah dan berada di sisi para malaikat yang selalu berada di dekat-Nya. Jadi bukan untuk memperoleh kekuasaan, harta, dan kedudukan.

Posting Komentar

Followers

kamut


Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.