twitter rss

Mati

TENTANG INGAT KEMATIAN DAN SESUDAHNYA. [1]

 

Allah Ta’ala berfirman :“Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.”  (Surat Al-Jumu’ah 8)

Di antara manusia, ada orang yang jarang mengingat kematian. Begitu ingat kematian ia sepontan tidak menyukainya, karena ia sudah hanyut tenggelam dalam kesenangan-kesenangan duniawi. Hal ini jelas membuatnya semakin jauh ingat kematian dari Allah Ta’ala.

Di antara manusia, ada orang yang menghadapkan wajahnya kepada Allah Ta’ala, sehingga ia lalu bertaubat dari hal-hal yang tidak patut. Ingat kematian, membuatnya semakin merasa takut, semakin siap, semakin siaga, dan semakin bersemangat untuk memenuhi syarat-syarat bertaubat yang sempurna. Orang seperti ini tidak menyukai  kematian, bukan karena ia telah hanyut tengglam dalam kesenangan-kesenangan  duniwi. Tetapi karena ia sadar masih sadar betapa masih sedikit sekali bekalnya, dan karena ia belum memiliki persiapan yang memadai. Jadi rasa tidak sukannya bukan berarti ia tidak suka bertemu dengan Allah Ta’ala, dan hal itu tidak tercela. Sesungguhnya ia ingin kehidupan ini untuk melakukan persiapan-persiapan dan mencari bekal sebanyak mungkin. Begitu bekalnya sudah cukup, ia siap didatangi oleh maut kemudian dibawa  untuk berjumpa dengan Allah Ta’al serta tinggal di sisi-Nya.

Bagi orang yang mengenal Allah, ia akan selalu mengingat hari kemudian, karena kematian adalah waktu kencan untuk berjumpa dengan Sang Kekasih. Dan seorang kekasih itu sama sekali tidak akan pernah lupa kapan waktunya berkencan dengan kekasihnya. Orang seperti ini merasa betapa lambat datangnya kematian, sebagaimana yang diriwayatkan dari Huzaifah Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya ketika menjelang wafat ia berkata :“Seorang kekasih akan datang dalam keadaan miskin. Tidaklah beruntung orang yang menyesal. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa aku lebih suka miskin daripada kaya, lebih suka sakit daripada sehat, dan lebih suka mati daripada hidup, maka tolong mudahkanlah kematian bagiku supaya aku berjumpa dengan-Mu.”

Ketahuilah, tingkat tertinggi dalam masalah ini ialah kalau seseorang sudah menyerahkan urusannya kepada Allah Ta’ala, sehingga ia tidak memilih untuk dirinya sendiri mati atau hidup. Cintanya kepada Allah sudah sampai pada puncak kepasrahan total, sehingga apa yang dipilihkan oleh Allah itulah yang menjadi pilihan buat dirinya.

 

Menerangkan Tentang

Keutamaan Mengingat Mati

 

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :

أَكْثِرُوْا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ الَّلذَّاتِ

“Sering-seringlah kamu mengingat pemutus kenikmatan.” [2]

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Seandainya binatang-binatang mengetahui kematian seperti yang kamu ketahui, niscaya kamu tidak akan makan dagingnya.”

Aisyah Radhiyallahu Anha bertanya :“Wahai Rasulullah, adakah orang yng dihimpun bersama para syuhada’ ?” Beliau menjawab :”Ya, yaitu orang yang mengingat mati sebanyak dua puluh kali dalam sehari semalam.”

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Kado bagi orang mukmin ialah kematian.” [3]

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :“Cukuplah kematan sebagai nasihat.”

Pada suatu hari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam keluar menuju masjid. Tiba-tiba beliau melihat orang-orang sama berbicara sambil tertawa-tawa. Beliau bersabda :”Ingatlah kalian akan kematian. Adapun demi Tuhan yang jiwaku ada dalam genggaman kekuasaan-Nya, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”

Dan ketahuilah, sesungguhnya kematian adalah sesuatu yang sangat mengerikan. Memikirkan kematian dapat menjauhkan seseorang dari kesenangan duniawai,  jarang bergembira, dan mendorong untuk siap menyambutnya. Sebaik-baik manusia ialah orang yang ketika mengingat kematian dengan hati yang khusyu’, tidak nampak bekasnya di dalamnya. Caranya ialah dengan mengosongkan hatinya dari selain kematian, dan  merenungkannya seperti ia merenungkan perjalanan yang akan direncanakannya baik di darat maupun di laut. Sebab, yang menguasai hatinya hanya memikirkan kematian dan persiapan untuk menghadapainya

 

Keutamaan Bagi Sedikit Angan-Angan,

 Dan Kecaman Terhadap Banyak Angan-Angan

 

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda kepada Abdullah bin Umar :“Apabila kamu berada di waktu pagi, jangan berbicara kepada hatimu tentang waktu sore, dan apabila kami berada di waktu sore, jangan berbicara kepada hatimu tentang waktu pagi. Siapkan hidupmu untuk menghadapi kematianmu, dan siapkan masa sehatmu untuk menghadapi masa sakitmu, karena kamu, wahai Abdullah, tidak tahu apa namamu besok.” [4]

Diriwayatkan oleh Ali Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam  bersabda :”Sesungguhnya ada dua hal yang paling aku khawatirkan atas kalian; yaitu mengikuti hawa nafsu dan banyak angan-angan. Mengikuti hawa nafsu itu dapat menghalangi dari kebenaran, dan banyak angan-angan itu menyebabkan cinta dunia.”

Kemudian beliau bersabda :”Ingat, sesungguhnya Allah Ta’ala memberikan dunia kepada orang yang dicintai maupun yang dibenci-Nya. Jika mencintai seorang hamba, Allah memberinya iman. Ingat, sesungguhnya agama itu mempunyai putra-putra, dan dunia juga mempunyai putra-putra. Maka jadilah kalian putra-putra agama, dan janganlah menjadi putra-putra dunia. Ingat, sesungguhnya dunia itu telah berangkat pergi dan pasti akan berlalu. Ingat,  akhirat telah datang, dan pasti akan tiba. Ingat, sesungguhnya kalian berada di hari amal yang belum berlaku pemeriksaan. Dan ingat, sesungguhnya kalian hampir berada di hari pemeriksaan  yang sudah tidak berlaku amal sekali.”

Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Wahai sekalian manusia, apakah kalian tidak merasa malu kepada Allah Ta’ala ?.” Para sahabat bertanya :”Apa itu, wahai  Rasulullah ?.” Beliau bersabda :“Kalian mengumpulkan sesuatu yang tidak kalian makan, kalian mengangan-angankan sesuatu yang tidak kalian capai, dan kalian bangun sesuatu yang kalian huni.”

Abu Sa’id Al Khudri berkata :“Usamah bin Zaid membeli seorang budak perempuan seharga seratus dinar dalam jangka sebulan ke depan. Hal itu didengar oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, lalu beliau bersabda :”Apakah kalian tidak merasa heran terhadap Usamah yang membeli budak dalam jangka waktu sebulan ke depan ? Sesungguhnya Usamah itu panjang angan-angannya. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, tidak barang sekejap mata pun aku selalu yakin bahwa sepasang kelopak mataku akan selalu berkedip sampai Allah mengambil nyawaku. Dan tidak barang sekejap mata pun aku melayangkan pandangan aku selalu yakin bisa menurunkannya samoai aku meninggal dunia. Dan tidak sekejap mata pun aku selalu yakin bisa menelan setiap suap makanan sampai aku tersedak lalu mati.”

Selanjutnya beliau bersabda :“Wahai manusia, jika kalian berakal, anggaplah diri kalian termasuk orang-orang yang sudah mati. Demi Tuhan yang jiwaku berada dalam gemggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kalian pasti datang, dan kalian tidak akan sanggup menolaknya.”

Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam keluar dengan membawa sebuah bejana berisi air, lalu beliau mengusapi anggota tubuhnya dengan tanah. Aku bertanya kepada beliau :”Wahai Rasulullah, sesungguhnya air ada dekat Anda.” Beliau bersabda :”Aku tidak tahu barangkali aku tidak mencapainya.”

Diriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengambil tiga batang kayu, lalu beliau menanam satu di antaranya tepat di depannya, satunya lagi di sampingnya, dan yang satunya lagi beliau singkirkan. Kemudian beliau berabda :”Tahukah, kalian. Apa artinya ini ?.” Para sahabat menjawab :“Allah dan Rasul-Nya yang tahu.” Beliau bersabda :“Ini manusia, ini ajalnya, dan itu angan-anganya yang diharapkan oleh anak Adam. Sementara ajal akan menyambarnya sebelum ia mencapai angan-angannya.”



[1] Kitab kesepuluh atau yang terakhir, bagian dari seperempat yang membahas tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din.

 

[2] Yang dimaksud dengan pemutus kenikmatan-kenikmatan ialah kematian, karena kematian itu melenyapkan semua kenikmatan

[3] Contoh lain ialah sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Kematian adalah waktu istirahat orang mukmin.” Disebutkan dalam Al Ihya’, dikatakan demikian karena pada hakekatnya dunia itu adalah penjara bagi orang mukmin. Selama di dunia, seorang muslim selalu menderita dan sengsara karena harus mengendalikan nafsuinya dan menghadapi godaan syetan. Jadi kematian merupakan pembebas dari semua itu.

[4] Yang dimaksud ialah, apakah namamu si celaka atau si beruntung ? Pada waktu itu namanya sendiri sydah tidak berlaku, karena nama tersebut tidak akan berubah. Ada yang mengatakan, yang dimaksud ialah, apakah kamu masih hidup atau sudah menjadi mayit.

Posting Komentar

Followers

kamut


Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.