twitter rss

berpikir

TENTANG BERPIKIR. [1]

 

Disebutkan dalam sunah bahwa merenung sesaat itu lebih baik daripada ibadahmu setahun. Anjuran untuk berpikir, merenung, menganalisa, dan mengambil pelajaran dapat diketahui dari ayat-ayat dan hadis-hadis, karena ia adalah kunci pembuka cahaya-cahaya dan awal datangnya pertolongan serta penjaring ilmu.

Tentang keutamaannya, Allah Ta’ala berfirman dalam bentuk pujian :“Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.” (Surat Ali Imran : 191)

Ibnu Abbas berkata :”Sesungguhnya ada suatu kaum yang memikirkan tentang Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Agung.” Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :“Pikirkanlah tentang makhluk ciptaan Allah, dan janganlah kalian  memikirkan tentang Allah, karena kalian tidak akan sanggup memikirkan-Nya.”

Diriwayatkan dari Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, sesungguhnya pada suatu hari beliau keluar menuju suatu kaum yang sedang asyik berpikir. Beliau bertanya  :”Kenapa kalian tidak berbicara ?.” Mereka menjawab :”Kami sedang berpikir tentang makhluk ciptaan Allah Ta’ala.” Beliau bersabda :“Kalau begitu, lakukanlah. Berpikirlah tentang makhluk ciptaan Allah, tetapi jangan berpikir tentang Dzat Allah, karena di Barat  ada sebuah bumi yang putih, cahayanya seperti putihnya, atau putihnya seperti cahayanya, dan jarak perjalanan matahari adalah empat puluh hari. Di bumi itu ada suatu makhluk di antara makhluk-makhluk Allah Ta’ala  yang tidak pernah mendurhakai-Nya barang sekejap mata pun.” Mereka bertanya :”Wahai Rasulullah, di mana posisi syetan terhadap mereka ?.” Belaiu bersabda :”Mereka tidak tahu, syetan itu diciptakan atau tidak.” Mereka bertanya :“Dari anak cucu Adam ?.” Beliau bersabda :“Mereka tidak tahu,  Adam itu diciptakan atau tidak.”

Diriwayatkan dari Atha’, ia berkata :“Pada suatu hari aku pergi bersama Ubaid bin Umair menemui Aisyah Radhiyalllahu Anha. Antara kami dan beliau terpasang hijab (tabir).  Beliau berkata :”Wahai Ubaid, apa yang menghalangimu menjenguk kami ?.” Ubaid menjawab :”Sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang berbunyi :“Berkunjunglah kadang-kadang, niscaya akan menambah cinta.”

Ibnu Umar berkata :”Tolong ceritakan kepada kami sesuatu cerita paling menakjubkan yang pernah Anda lihat pada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.” Tiba-tiba Aisyah menangis dan berkata :“Semua urusan beliau itu mengagumkan. Pada suatu malam yang menjadi jatah giliranku, beliau menghampiriku sehingga kulit beliau  menyentuh kulitku. Kemudian beliau bersabda :”Biarkan aku mengerjakan shalat untuk Tuhanku.” Beliau menuju ke sebuah geriba untuk berwudhu, lalu shalat. Beliau menangis hingga janggutnya basah. Lalu beliau bersujud hingga air matanya membasahi bumi. Kemudian berbaring di atas lambungnya, sampai Bilal datang memberirahukan kepada beliau kalau telah tiba waktu shalat shubuh. Bilal berkata :”Wahai Rasulullah, kenapa Anda sampai menangis ? Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang lalu dan yang akan datang ?.” Beliau bersabda :”Celaka kamu, wahai Bilal. Bagaimana aku tidak menangis ? Semalam Allah Ta’ala menurunkan ayat ini kepadaku :“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (Surat Ali Imran : 190) Kemudian beliau bersabda :”Sungguh celaka orang yang membaca ayat tersebut namun ia tidak mau memikirkannya.”

Ditanyakan kepada Al Auza’i :“Apa tujuan memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah ?.” Ia menjawab :“Membaca dan memamahaminya.”

Al Junaid Radhiyallahu Anhu berkata :”Majlis paling mulia dan paling mahal ialah duduk sambil berpikir di medan tauhid, menghirup angin ma’rifat, meminum dengan gelas cinta dari samuDera kasih sayang, dan memandang Allah Ta’ala  dengan baik sangka.”

Kemudian ia berkata :“Sungguh agung majlis seperti itu, sungGuh nikmat bisa meminum seperti itu, dn sunGguh beruntung orang yang dikaruniai hal itu..”

 

 



[1] Kitab kesembilan, bagian dari seperempat yang membahas tentang hal-hal yang dapat menyelamatkan dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din.

Posting Komentar

Followers

kamut


Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.