twitter rss

ilmu

Label:

TENTANG ILMU DAN BELAJAR.

 

Di dalam Al Qur’an terdapat beberapa dalil tentang keutamaan ilmu. Antara lain ialah firman Allah Ta’ala Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. “ (Surat Al Mujadilah : 11)

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma mengatakan :”Para ulama itu memiliki sebanyak tujuh ratus derajat di atas derajat orang-orang mukmin. Jarak antara dua derajat ialah sejauh perjalanan lima ratus tahun. Allah Ta’ala berfirman :“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Surat Az Zumar : 9)

Allah Ta’ala berfirman :“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.”(Surat Fathir : 28)

Allah Ta’ala juga berfirman :“Dan perumpamaan-perumpamaan Ini kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Surat Al Ankabut : 43)

Di antara hadis yang menerangkan tentang keutamaan derajat para ulama ialah sabda Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam :

اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ

Para ulama adalah pewaris nabi-nabi.”

Beliau bersabda :”Sebaik-baik manusia ialah seorang mukmin yang jika dibutuhkan ia berguna, dan jika tidak dibutuhkan ia berguna bagi dirinya sendiri.” Beliau bersabda :”Iman itu telanjang. Pakaiannya ialah ketakwaan, perhiasannya ialah rasa malu, dan buah hasilnya ialah ilmu.” Beliau bersabda :”Manusia yang paling dekat dengan derajat nubuwah ialah para ulama dan para pejuang. Adapun para ulama, karena mereka benar-benar telah menunjukkan manusia kepada apa yang dibawa oleh para rasul. Sementara para pejuang, mereka telah berjihad dengan menggunakan pedang-pedang mereka demi apa yang dibawa oleh para rasul.” Beliau bersabda :”Seorang ulama itu adalah kepercayaan Allah di muka bumi.” Dan beliau juga bersabda :”Pada hari kiamat kelak para nabi dimintai syafa’at, lalu para ulama, kemudian para syuhada’.”

Fathu Al Mushili mengatakan :”Bukankah orang yang sakit kalau dilaang makan, minum, dan berobat ia akan mati ? [2] Demikian pula dengan hati. Jika dilarang atau tidak diberi hikmah dan ilmu selama tiga hari saja, ia pun akan mati.” Fathu Al Mushili benar. Sebab, santapan hati ialah ilmu dan hikmah. Bahkan dengan keduanya hati bisa bisa hidup. Sama seperti halnya santapan bagi tubuh ialah makanan dan minuman. Siapa kehilangan ilmu hatinya sakit dan ia pasti mati. Sedang ia tidak merasakannya. Sebab, kesibukan-kesibukan urusan duniwi telah melumpuhkan perasaan-perasaannya. Dan ketika kematian telah menelanjangi kesibukan-kesibukan tersebut, ia akan mengalami ras sakit yang sangat besar dan merasakan penderitaan yang tidak ujungnya sama sekali. Itulah makna sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Manusia itu sama tidur. Manakala telah mati mereka baru bangun.”

Tentang keutamaan ilmu, hal itu ditunjukkan oleh sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam :”Sesungguhnya para malaikat sama meletakkan sayapnya pada seorang penuntut ilmu karena ridha terhadap apa yang dilakukannya.”

Beliau juga bersabda :”Kepergianmu untuk mempelajari satu bab ilmu adalah lebih baik daripada kamu shalat seratus raka’at.”

Abu Darda’ berkata :”Siapa yang mengggap pergi mencari ilmu itu bukan jihad, berarti ada kekurangan pada pikiran dan akalnya.”

Dan tentang keutamaan mengajarkan ilmu, hal itu ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala :“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi Kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya” (Surat Ali Imran : 187)

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :”Setiap kali Allah memberikan ilmu kepada orang yang berilmu, berarti Allah mengambil janji darinya seperti Allah mengambil jani dari para nabi agar mereka menjelaskannya dan mereka tidak boleh menyembunyikannya.”

Ketika hendak mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam berpesan :”Sesungguhnya jasamu berhasil membuat seseorang mendapatkan petunjuk Allah itu lebih baik bagimu daripada dunia se isinya.”

Umar bin Al Khattab Radhiyallahu Anhu berkata :”Siapa menceritakan sebuah hadis lalu ia mengamalkannya, baginya mendapatkan seperti pahala amal itu.”

Mengenai keutamaan mempelajari ilmu dan mengajarkannya, terdapat riwayat marfu’ dari Mu’adz bin Jabal :”Pelajarilah ilmu, karena sesungguhnya mempelajari ilmu karena Allah adalah ungkapan rasa takut, [3] menuntutnya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menelitinya adalah jihad, mengajarkannya adalah sedekah, dan memberikannya kepada orang yang tepat adalah amal yang dapat mendekatkan kepada Allah. Ilmu adalah penghibur di kala sendiri, teman di kala sepi, petunjuk di kala suka maupun duka, pembantu di kala sendirian, pendamping di kala tidak ada kawan-kawan, dan cahaya jalan menuju syurga. Dengan ilmu Allah mengangkat derajat beberpa kaum, sehingga dalam hal kebaikan Allah menjadikan mereka sebagai pembimbing serta penunjuk yang dijadikan pedoman, pelopor dalam hal kebajikan yang akan selau diikuti jejak-jejak langkah mereka, yang akan selalu ditiru perbuatan-perbuatan mereka, dan yang mendorong maliakat tertarik sifat-sifat mereka sehingga mau mengusap mereka dengan sayap-sayapnya.  Semua benda yang basah dan yang kering membacakan tasbih dan memohonkan ampunan untuk mereka, termasuk ikan-ikan berikut bianatang-binatang lain yang ada di samudera, binatang-binatang buas maupun binatang-binatang jinak di daratan, dan langit berikut bintang-bintangnya. Soalnya ilmu lah yang menghidupkan hati dari kebutaan, dan yang memberi cahaya penglihatan dari kegelapan. Ilmu dapat menguatkan badan dari kelemahan. Dengan ilmu seorang hamba dapat mencapai kedudukan-kedudukan orang-orang yang berbakti dan derajat-derajat yang tinggi. Pahala merenungkan ilmu itu sebanding dengan pahala puasa, dam pahala pengkajinya sebanding dengan pahala menjalankan shalat sunnat malam. Ilmu adalah bekal untuk ta’at, menyembah, mengesakan, dan takut kepada Allah. Ilmu adalah alat untuk menyambung hubungan-hubungan keluarga. Ilmu adalah imam, dan amal adalah makmumnya. Orang-orang yang bahagia ialah yang diberikan ilmu, dan orang-orang yang celaka ialah yang dihalangi darinya.”

Dari segi akal, keutamaan ilmu sangat jelas. Sebab, dengan ilmu seseorang bisa sampai kepada Allah Ta’ala, bisa dekat dengan-Nya, dan bisa berada di sampign-Nya. Ilmu adalah kebahagiaan yang langgeng, dan nikmat abadi yang tiada habis-habisnya . Di dalam ilmu terletak kemuliaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Dan pada hakekatnya, dunia itu lading akhirat. Seorang yang berilmu, dengan ilmunya ia menanam kebahagiaan yang kekal, karena dengan ilmunya ia dapat mendidik akhlak manusia dan mengajak mereka kepada amal-amal yang akan mendekatkan mereka kepada Tuhannya, sebagaimana firman Allah Ta’ala :“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.“ (Surat An Nahl : 125) Ia mengajak orang-orang khusus dengan menggunakan hikmah, mengajak orang-orang awam dengan menggunakan nasehat-nasehat, dan mengajak orang-orang yang keras kepala dengan menggunakan perdebatan. Selain itu ia dapat menyelamatkan dirinya dan juga orang lain. Dan itulah letak kesempurnaan manusia.



[1] Kitab pertama, bagian dari seperempat yang membasah tentang msalah ibadah dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din

[2] Demikian bunyi naskah yang dicetak. Di dalam kitab Ihya’ Ulum Al Din disebutkan, orang-orang di sekitarnya sama menjawab :”Benar.” Disebutkan dalam Mughni Al Labib oleh Ibnu Hisyam Al Anshari, kalimat Bala itu kalimat jawaban yang memiliki arti khusus menafikan atau berarti membatalkan atau menyangkal pertanyaan. Contohnya seperti firman Allah surat Al A’raf ayat 172 “Tidakkah Aku ini Tuhanmu ?.” Menurut Ibnu Abbas, kalau pertanyaan Allah tersebut dijawab :”Ya”, maka bisa menyebabkan kafir. Jadi jawaban “Ya” tersebut harus diartikan membenarkan si penanya.

[3] Ini kalimat yang terdapat dalam Ihya’ Ulum Al Din. Tetapi kalimat dalam naskah yang dicetak berbunyi :” Sesungguhnya  mempelajari ilmu karena Allah adalah suatu kebajikan.” Jadi ada salah penulisan.

Posting Komentar

Followers

kamut


Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.